Penulis: Ayu Afifah Ayuni, Relawan BFLF ini merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry
“Saya ingin, kegiatan-kegiatan sosial ini bisa jauh lebih baik lagi dari yang kemarin,”
Andi, sedang duduk di kantor Blood For Life Foundation
(BFLF) Indonesia, rasa kangen memaksanya untuk pulang ke Aceh demi bertemu
Ibunya, sebelum kembali ke perantauan, Andi menyempatkan waktu ke Banda Aceh.
Jum’at 21 Juli 2023, pelan-pelan ia mengenang perjuangannya
membawa nama baik Tanoh Rencong ke Pulau Jawa.
Pengurus Rumah Singgah BFLF di Purwokerto ini semula membangun Rumah Singgah rumah itu pada tahun 2018. Rumah Singgah beralamat tepatnya di Jalan perumahan ketapang, no 71, Purwokerto, Jawa Tengah di belakang RSU. Prof. Dr. Margono yang merupakan rujukan ke dua terbesar di Jawa Tengah.
Pria keturunan Aceh Selatan, tepatnya di Meukek pada tahun
2010 resmi meminang pujaan hati dan memilih untuk tinggal disana.
Sebelumnya, dia bekerja pada sebuah perusahaan kuliner yang
cukup besar, di sana tersedia ambulans gratis. Ia satu-satunya yang menjabat
sebagai koordinator ambulans yang ada di seluruh Kota di sana.
“Ketika saya melihat bagaimana para pasien perlu dibantu dan
dari situ, perasaan sosial saya lahir dan mulai tergerak ingin membantu. Di
sore harinya juga, ketika saya mengantar jemput pasien, saya lihat di dalam
ruangan masjid, banyak orang-orang tidur. Saya tidak melihat adanya dokter,
batin saya mungkin mereka orang jauh yang ingin berobat, dan jika ingin pulang
kan tanggung, mungkin seperti itu. Dan memang di tempat itu termasuk Kabupaten
yang banyak rumah sakitnya. Akhirnya saya merasa, jika ada rumah singgah di
daerah situ, mungkin orang-orang bisa terbantu,” kenang Andi.
Andi mengatakan bahwa disana Ia mengenal Michael Octaviano,
selaku Ketua Umum BFLF Indonesia dari seorang rekan kerja, dengan mantap Andi
mengutarakan niatnya membangun rumah singgah.
“Bang Michael itu mempunyai teman dari Sabang tapi sudah
menetap di jakarta. Teman bang Michael dari Sabang ini mengenal seorang rekan
kerja saya yang di Purwokerto juga.
Mungkin dia (orang itu sabang) bilang sama bg Michael bahwa di
Purwokerto ada juga orang Aceh. Akhirnya di pertemukan saya dengan bang Michael
oleh Ryan yang berasal dari Bekasi. Beliau merupakan pengurus BFLF bagian
program.Teman saya yang di Purwokerto itu juga temannya Ryan. Teman saya
mungkin mengatakan di Purwokerto ada juga orang aceh yang di bagian ambulans
gratis,” Andy mengulas kembali kenangan lama itu. “Saat itu, di daerah
Purwokerto, ada kegiatan pertemuan relawan incubator. Dan Ryan, selaku pengurus
BFLF di utus oleh Pak Michael untuk ikut pertemuan tersebut,”.
Setelah perkenalan itu, Andi selalu mencari cara agar rumah
singgah yang telah berdiri ini bisa bertahan lama dan tidak terbengkalai.
“Rumah singgah
kondisinya sangat berdekatan dengan
rumah sakit, sehingga dapat berjalan kaki untuk menuju kesana. Kebetulan
rumah sakit itu merupakan rumah sakit terbesar di jawa tengah,” kata dia.
Terkait dengan support dana untuk kegiatan kemanusiaannya,
Andi mengatakan bahwa dahulu, orang lebih tau dalam bentuk bagi bagi nasi
kotak. Jadilah dia mempersilahkannya dengan senang hati jika ada teman teman
yang ingin menyumbang.
Dalam pendanaan Rumah Singgah, dirinya menegaskan bahwa
pengurus tidak meminta atau membuat proposal. Jika ada yang memberi, itu akan
diterima dengan suka cita.
“Kalau dihitung secara kasar, pasien yang sudah diterima di
Rumah Singgah sudah mencapai ratusan namun belum sampai ribuan. karena itu
bukan merupakan jenis pasien rawat jalan yang keluar masuk begitu, kadang
pasien menginap di rumah singgah selama sebulan. Yang keluar masuk ada, namun
paling cepat pasien keluar jangka waktu selama 2 minggu,” tutur Andi.
Penuh syukur Dia utarakan, Rumah Singgah ini bisa menjadi
tempat istirahat seluruh relawan ambulans yang bepergian dari Jakarta.
Selain menyediakan rumah singgah, Andi juga melakukan
beberapa gerakan sosial lainnya. Itu sudah berjalan sebelum virus corona 19 dan
beberapa terhambat saat covid melanda. Gerakan-gerakan sosial yang mereka jalankan
seperti ada pembagian nasi kotak untuk tim setiap hari jum’at, pembagian
sembako satu bulan sekali, membawa pasien yang menderita kanker dari Jawa
Tengah hingga ke Jogja atau keluar kota, yang dilakukan dua bulan sekali
sebelum masa corona, dan melakukan peminjaman alat kesehatan seperti kursi
roda, tongkat dan alat-alat yang dimiliki.
Menurut Andi, ia tak pernah merasa kesulitan atau adanya
hambatan ketika melakukan gerakan aksi sosial. Baginya, selama itu berjalan
dengan lancar maka akan terus dilakukan.
“Saya ingin, kegiatan-kegiatan sosial ini bisa jauh lebih
baik lagi dari yang kemarin,” ujarnya.
Perasaan lelah juga tak pernah dirasakan Andi selama menjadi
pengurus Rumah Singgah. Laki-laki berkacamata ini mengungkapkan bahwa semua
yang telah dilakukan itu lahir dari hati yang tulus tanpa ada paksaan.
Ia merasa senang dan merasa bahwa itu adalah sebuah hobi di
dalam dirinya yang perlahan-lahan menjadi kebiasaan. Misalnya ketika dirinya
selalu berbagi setiap Jumat, jika kegiatan itu tidak berjalan lagi, Ia merasa
seperti ada yang belum terselesaikan.
“ Saya ingin selalu mencoba untuk meningkatkan
program-program yang sebelumnya, agar menjadi lebih baik lagi. Seperti program
membawa pasien ke Jogja tersebut, kalau bisa, nanti akan diatur lagi agar ada
pemberangkatan sebulan dua kali,” tutupnya.
Kisah Andy merupakan salah satu dari saksi nyata hebatnya
para pengurus cabang BFLF yang rela meluangkan tenaga dan waktu untuk
masyarakat sesama.
Alamat Rumah Singgah BFLF Jl.Tgk Daud Beureuh No. 33, di depan kantor DPRA , Banda Aceh
Salam Kemanusiaan BFLF
=============
Website//www.bflf.or.id
Fanpage : blood for Life Foundation
Instagram : bflfindonesia
Twitter : blood_bflf
Email : bloodforlifefoundation@gmail.com
YouTube : BFLF Indonesia
Donasi :
1. Bank BSI : Rek. 812-608-5290
2. Bank Aceh : Rek. 614-0224- 7809008
an.blood for life foundation
Call Center BFLF :0823-70809008
#rumahsinggahbflf
#bflfforhumanity
#sedekahmakangratisbflf
#semakinberbagisemakinberkah
#semakinberbagisemakinbertambah