Penulis: Fida Rismanita, Relawan BFLF ini merupakan Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
"Karena Allah tidak akan memberikan beban diluar kemampuan hambanya, jadi kita ini adalah pilihan Allah" renungnya.
Sore hari pada Senin 31 Juli 2023, terdengar suara renyah tawa
menghiasi langit-langit rumah singgah BFLF hari itu, sebanyak 16 masyarakat
kurang mampu asal Lhokseumawe dengan status sosial sebagai pasien dan
pendamping pasien diagnosa thalassemia, belasan orang itu sampai di rumah
singgah dengan tawa bahagianya.
Sakit yang dihadapi pasien dan keresahan masing-masing pendamping seolah tak dirasakan mereka ketika sampai di rumah singgah BFLF pusat itu.
“Assalamualaikum,” sapa mereka sebelum memasuki rumah.
Bagaimana tidak, mereka yang kebingungan harus menginap dimana malam nanti karena proses transfusi yang belum selesai hari itu, benar-benar sangat bahagia ketika di arahkan ke rumah singgah BFLF dan disambut langsung oleh founder BFLF Michael Octaviano.
Wajah itu seolah sangat bersyukur bisa menginap di rumah singgah malam ini, mengingat jarak dari Lhokseumawe menuju Banda Aceh lumayan menguras waktu, tenaga dan ongkos. “Jika tidak pulang kami bingung harus merebahkan badan dimana malam ini,”.
Sebelumnya, mereka menghubungi Michael, setelah diberikan alamat rumah singgah yang bertepatan seberang kantor DPRA itu, pasien dan pendamping tersebut sampai di rumah singgah BFLF setelah menaiki becak dari rumah sakit Zainal Abidin.
"Karena proses transfusinya belum selesai, jadi mereka butuh tempat tinggal untuk menginap. walaupun kami katakan ada yang tidur di karpet karena rumah singgah yang sedang penuh namun mereka sangat bersyukur karena tidak terkena hujan dan bisa bersih-bersih serta istirahat dengan nyaman," ucap Michael.
Bagi Michael kedatangan pasien thalassemia ke rumah singgah ini bukanlah hal kebetulan, melainkan ini adalah rencana Tuhan. Tuhan yang memberi kemampuan bagi BFLF untuk melayani pasien tersebut.
"Karena Allah tidak akan memberikan beban diluar kemampuan hambanya, jadi kita ini adalah pilihan Allah" renungnya
Michael sangat berharap, kedepannya pasien thalasemia ini mendapatkan perhatian secara khusus dari pihak yang mempunyai wewenang terhadapnya, mengingat pasien thalasemia ini adalah pasien yang harus menjalani transfusi darah permanen seumur hidup, sehingga dengan support dan bantuan mereka bisa lebih semangat bertahan dalam menjalani hidup.
"Pasien ini tiap 21 hari sekali harus transfusi, bayangkan tusukan jarum itu rutin dirasakan mereka setiap 21 hari, bahkan ada yang 2 pekan sekali rutin menusuk tubuh mereka seumur hidup" jelasnya Iba.
Michael juga berharap, ada gerakan yang dapat membantu pasien thalasemia secara sistematis dari orang-orang yang sehat, tidak merokok dan memiliki jiwa sosial untuk dapat meringankan ketidakcukupan darah bagi para pasien saat jadwal transfusi, juga mendapat support transportasi dan lain-lain.
Mengingat hal ini adalah seumur hidup. mereka juga harus mendapat dampingan baik dari segi psikologi, agama, dan yang paling utama pendidikan.
Terakhir kata dia, adanya sebuah pencegahan dengan cara pemeriksaan darah sebelum menikah untuk menghindari dan memutuskan mata rantai thalasemia.
"Semoga semua pemangku atau pengambil kebijakan bisa lebih aware terhadap thalassemia yang ada di aceh, karena sebenarnya sudah tertinggi seperti gunung es. Sudah hampir 600 orang lebih, dan ini tertinggi sebenarnya jika kita lihat dari jumlah penduduk" tuturnya.
Alamat Rumah Singgah BFLF Jl.Tgk Daud Beureuh No. 33, di depan kantor DPRA , Banda Aceh
Salam Kemanusiaan BFLF
=============
Website//www.bflf.or.id
Fanpage : blood for Life Foundation
Instagram : bflfindonesia
Twitter : blood_bflf
Email : bloodforlifefoundation@gmail.com
YouTube : BFLF Indonesia
Donasi :
1. Bank BSI : Rek. 812-608-5290
2. Bank Aceh : Rek. 614-0224- 7809008
an.blood for life foundation
Call Center BFLF :0823-70809008
#rumahsinggahbflf
#bflfforhumanity
#sedekahmakangratisbflf
#semakinberbagisemakinberkah
#semakinberbagisemakinbertambah
