Hanya Tangisan, Panggilan Mak dan Yah itu Tidak Terdengar Lagi Dari Munira

Wednesday 14 July 2021 | 5:29 pm WIB Last Updated 2021-07-14T11:58:26Z



Orang tua merupakan Pahlawan utama untuk buah hati, apapun yang terjadi ia akan selalu sigap untuk jadi garda terdepan. Begitupun dengan Ayah dan Ibu Munira.

 Kondisi buah hati yang tak kunjung membaik, doa serta usaha terus dilakukan. Munira dibawa ke Dokter untuk memastikan penyakit yang sebenarnya terjadi. Dokter menyangka munira mengalami Tumor.

Bak petir disiang hari, tangisan keduanya pecah, keduanya tidak percaya buah hati kecilnya harus menanggung penyakit sedemikian rupa.

Dokter mencoba menenangkan karena belum dilakukan USG, jadi masih bisa dugaan ini salah. Tangisan Munira kembali terdengar saat suntikkan infus mengenai kulit lembutnya. Ibupun tidak sanggup melihat, karena baru kali ini Munira kena infus. Kala itu ruangan pun terisi oleh tangisan.

Akhirnya Munira mulai di rontgen dan hasilnya keluar setelah 2 hari. Menunggu pembacaan hasil dari Dokter kedua orangtuanya semakin panik, berharap semua baik-baik saja.

Dokter mengatakan bahwa benar Munira menderita penyakit 'Tumor'. Mendengar kabar ini, spontan ayah Munira jatuh,lemas, ia merintih tidak mampu menerima kenyataan. Tidak percaya bahwa ini akan terjadi. Kenapa harus putrinya.

“Dok, apakah ada salah satu pasien yang sakit semacam ini?,” Tanya Ibu mencoba tegar namun air mata juga tidak dapat dibendung.

“Ada, namun jarang. Dalam 1.000 belum tentu ada satu, sebegitulah jarangnya,” ujar Dokter.

Tangisan membludak, dalam ketidakpercayaannya. Dokter menyarankan untuk CT SCAN agar lebih jelas hasilnya, namun menggunakan contras atau sinar jadi pihak keluarga harus bermusyawarah terlebih dahulu.

Ingin memastikan dengan harapan semoga tidak benar-benar terjadi, pihak keluarga menyetujui Munira untuk di CT SCAN. Tapi apa yang terjadi? Sebelum tindakan CT SCAN Munira sudah tidak mengeluarkan kencing dan hasil LAB pengecekan darah tidak menganjurkanya untuk melakukan tindakan itu. Jikapun dilakukan maka akan bahaya bagi Munira. Akhirnya Dokter menganjurkan Munira pulang terlebih dahulu dan kembali hari selasa untuk USG pula.

Keadaan Munira masih sama, menangis dan merintih. Hingga ASI pun yang diminum termuntahkan lagi, muntahnya berwarna cokelat kehitaman. Kejadian ini tidak sedikitpun terbayang oleh orang tuanya.

Berserah, bersabar, dan terus berusaha menjadi kunci dari segalanya. Mereka akan melakukan apa saja demi kesembuhan sibuah hati. Tindakan USG pun dijalani oleh Munira dan hasilnya sama. Memang benar Munira terkena 'Tumor'. Ayahnya tidak mampu bicara lagi dan ibu hanya bisa menatap putri kecilnya itu. Inilah kenyataan yang harus dijalani oleh mereka.

Kemudian surat rujukan ke Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh dikeluarkan. Dokter mengarahkan mereka kesana.

Setelah mengurus rujukan, keluarga kecil ini pulang kembali kerumahnya. Mereka tidak mau membawa Munira ke Banda Aceh, karena takut anaknya akan di operasi disana. Hati mereka bimbang, tidak tega melihat putri kecil harus mengalami tindakan operasi begitu cepat. Namun apa yang terjadi?

Hari berganti hari, berat badan Munira semakin mengalami penurunan, perutnya semakin keras, panggilan Mak dan Yah tidak lagi terdengar dan kencingnya tertahan alias tidak keluar sama sekali. Dia hanya menjerit kesakitan, akhirnya 1 Minggu di kampung mereka mengambil keputusan bahwa Munira harus segera di bawa ke Banda Aceh. Tetesan air mata keluarga dan tetangga harus rela melepaskan keberangkatan mereka yang menggunakan mobil sewa menuju rumah sakit.

Selanjutnya. https://www.bflf.or.id/2021/07/dilema-munira-dibawa-pulang-atau-dibedah.html

Dikisahkan Oleh : Imel

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Hanya Tangisan, Panggilan Mak dan Yah itu Tidak Terdengar Lagi Dari Munira

Trending Now