Kisah Munira, Batita Penderita Tumor Asal Aceh Selatan

Wednesday 14 July 2021 | 5:25 pm WIB Last Updated 2021-07-14T11:58:10Z


Salam Sejahtera Sahabat SEDARAH.

Bagaimana kabarnya, sehat kan?

Kalian pasti merasakan cuaca akhir-akhir ini kurang mendukung, bahkan curah hujan makin awet, iya kan?

Sehingga telinga digemparkan oleh berita banjir, salah satunya di provinsi Aceh. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Rabbi, aamiin Allahumma aamiin.

Baiklah kali ini aku akan mengisahkan kepada kalian tentang riwayat penyakit adik munira atau yang kusebut anak emas.

Kali ini aku akan berbagi kisah tentang anak emas yang sedang berjuang sembuh untuk membaghagiakan kedua orang tuanya.

Zamharira Munira, buah hati dari Bapak Zulbaili dan Ibu Marhamah. Menjadi sosok orang tua tentu dambaan hati semua orang, begitulah yang dirasakan oleh kedua orang tua munira. Mereka tinggal masih bersama mertua yang beralamat di Desa Ujung Padang Asahan Kec. Pasie Raja Kab. Aceh Selatan.

Setelah menanti anugerah dari Sang Illahi, Alhmdulillah pada usia pernikahan 1,6 tahun mereka, akhirnya Munira lahir.

Tepat 2 Juli 2019, tangisan bayi perempuan pecah mengelilingi keluarga itu. Rasa syukur dan linangan air mata kian menghiasi wajah, terutama kedua orangtuanya. Ayahnya seakan tidak memberikan waktu jeda untuk segera meng-Iqamah ditelinga Munira. Berharap Munira menjadi anak yang sholehah, sehat, dan berguna bagi bangsa serta negara.

Munira tumbuh seperti anak lainnya. Dia menjadi obat bagi kedua orangtuanya. Masa pertumbuhan dan perkembangannya juga meningkat. pipi tembem, senyuman manis, dan mata sipit ala orang Korea membuat mata siapapun terpana dan ingin bermain bersamanya, begitulah gaya tarik yang diberikan Allah kepada Munira. Keluarga kecil ini semakin bahagia, terlebih mendapati kenyataan bahwa Munira sudah bisa jalan di usia 1 tahun, mulut mungilnya juga sudah bisa mengatakan Mak dan Yah. Engga kebayangkan betapa bersyukurnya keluarga ini.

Taukah sahabat, usia Munira 15 bulan. Duka itu menyelimuti. Kegembiraan yang terpancar laksana pelangi dikeluarga mereka, kini berubah kelam

Mengapa bisa, apa yang terjadi?

Hari itu, pada Kamis bulan November 2020, Ayah pulang kerja. Munira masih bisa tertawa gembira, mimik wajahnya memberi simbol bahwa dia ingin jalan-jalan sore. Hari ini merupakan hari yang paling bersejarah, dimana Jumat malam Munira yang sedang tidur nyenyak tetiba tersentak Sekitar pukul 02.00 wib. Dia mulai menangis bahkan merintih kesakitan sambil memegang perut serta menghempas-hempaskan tubuh dikasur. Ayah dan ibunya mulai panik, terlintas dipikiran bahwa ini hanya masuk angin biasa. Karena ketika ibunya memegang perut Munira, terasa keras dan gembung. Sontak bergegas ayahnya mengambil dedaunan obat tradisional untuk dioleskan diperut Munira. Munira makin menjerit, tangisan tidak berhenti namun anginnya keluar.

Keesokkan hari, mulailah kedua orangtuanya memanggil Tabib. Namun Tabib juga mengatakan bahwa Munira masuk angin. Setelah selesai, dilihatlah perkembangan Munira namun tidak ada perubahan. Dia mulai tidak bisa tidur, perut semakin sakit dan muntahpun mulai dikeluarkannya.

Melihat kejadian ini, orang tuanya kembali membawa Munira dalam keadaan hujan ke Praktek di Kota Fajar. Berharap Dokter bisa memeriksa dan mengetahui penyakit Munira. Orang tua ingin melihat Munira sembuh dan mau makan lagi. Setelah diperiksa, Dokter juga mengatakan bahwa Munira masuk angin. Tapi dibantah oleh ibunya.

“Mungkin ada penyakit lain Dok? Soalnya anak saya tidak pernah sakit perut begini Dok,” pekik Ibu menolak hal-hal yang tidak diinginkan.

“Anak ibu tidak ada kelainan Bu, ini saya kasih obat dan sirup.” Dokter berujar.

Mereka pulang dan melaksanakan anjuran Dokter. Akan tetapi, sudah 2 hari berlalu belum juga ada perubahan pada diri Munira.

Orang tuanya makin tambah panik karena siang dan malam Munira tidak tidur dan asyik merintih. Keesokkan harinya Munira kembali di bawa ke Dokter Praktek Samadua, Tapak tuan.

“Ini harus di USG dulu biar kita tahu penyakitnya. Bawa saja Munira ke Rumah sakit Yuliddin Away Tapak Tuan,” Dokter menasehati sembari memberi obat. Mereka pamit pulang, batin sang ibu tidak karuan.

“Apa sebenarnya penyakit Munira? Hingga obat mahal sekalipun, Munira tidak mengalami perubahan. Ya Rabb... Apa yang harus kami lakukan, untuk kesembuhan anak kami? Berbagai tempat sudah kami kunjungi. Tabib hingga dokter juga sudah memeriksa, apakah jalan terakhir harus ke Rumah Sakit untuk rawat inap?,” lirihnya.

Setelah 2 Minggu bertahan untuk membawa Munira kesana kemari, hingga akhirnya keluarga pun bersedia membawa Munira ke Rumah Sakit Yuliddin Away Tapak Tuan karena keadaannya makin menurun.

Sahabat sedarah, apa yang terjadi pada Munira?

selanjutnya

https://www.bflf.or.id/2021/07/panggilan-mak-dan-yah-itu-tidak.html

Dikisahkan oleh: Imel



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kisah Munira, Batita Penderita Tumor Asal Aceh Selatan

Trending Now