Dilema, Munira dibawa Pulang Atau dibedah

Wednesday 14 July 2021 | 5:33 pm WIB Last Updated 2021-07-14T11:58:43Z

 


Sahabat sedarah,…

Perjalanan dilalui hingga akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit Meuraxa, Banda Aceh. Mereka membawa Munira ke rumah sakit itu, karena di rumah sakit Zainal Abidin sangat gencar-gencarnya dengan Covid-19. Membuat ibu dan ayah harus memikir panjang akan keputusan yang diambil.

Ternyata di Rumah Sakit Meuraxa Munira ditest Swab terlebih dahulu. Wajah ibu dan ayah makin panik melihat petugas  menggunakan baju APBD. Mereka berdoa agar hasil Munira negatif.

Tindakan cepatpun dilakukan oleh pihak Dokter, satu hari mereka disana Munira dianjurkan untuk operasi. Namun bukan operasi pengangkatan 'Tumor', melainkan operasi untuk kencingnya keluar. Dokter telah berusaha memasangkan kateter urine sebanyak 3 kali pada Munira, namun hasilnya nihil. Oleh karena itu tindakan operasi kecil harus dilakukan dokter dengan pemasangan selang kencing melalui Pembelahan perut bagian tengah yang disebut dengan Sitostomi.

Jika tidak dilakukan operasi ini, maka bahaya sampai ke ginjal karena kecing Munira tertahan. Rela tidak rela kedua orangtua harus menyetujui tindakan ini. Tibalah giliran Munira yang dianjurkan di ruang tunggu.

Ayah mendorong ibu dan Munira menggunakan kursi roda. Diperjalanan terjadilah percakapan antara ayah dan perawat.

“Bang, selama Abang bekerja disini apa ada anak yang sakit seperti anak saya?,” Tanya Ayah.

“Setahu saya tidak ada Pak,” jawab perawat singkat.

Tidak terasa akhirnya sampai diruang tunggu. Namun ayah Munira kembali berubah pikiran, Ia ingin sekali membawa anaknya pulang. Namun dicegah oleh ibu karena sebentar lagi Munira akan dipanggil. Tidak lama kemudian Munira dipanggil, hanya 1 orang yang mendampingi.

 

Ibu segera membawa Munira memasuki ruangan operasi. alat demi alat dipasang ditubuh Munira, ibu hanya mampu melihat di depan pintu operasi. Ia tidak sanggup masuk ke dalam ruangan itu, hati siapa yang sanggup melihat anak tergeletak kaku diruangan pemulihan. Ibu Munira hanya bisa menangis dan berdoa agar proses operasinya berjalan dengan lancar.

 Alhamdulillah operasi yang berlangsung 1 jam itu berjalan dengan lancar, transfusi darah sebanyak 2 kantong untuk Munira terpenuhi. Sekarang Munira bisa mengeluarkan kencingnya melalui Sitostomi, 1 kantong penuh kencing Munira tertampung dalam bag urine. Setelah operasi mereka langsung masuk ke ruangan, namun dalam ruangan hanya mereka saja tanpa orang lain. Maklumlah dalam situasi pandemi, jadi rumah sakit kala itu sepi. Sewaktu didalam ruangan tangisan ayah Munira pecah melihat anaknya dalam keadaan menggunakan Sitostomi.

Tubuh lemah hingga mulut tidak dapat menyapa sibuah hati. Ini pertama kali dalam hidup kedua orang tuanya mendengar penyakit yang diderita Munira bisa separah ini dan banyak proses yang harus dijalani. Lagi -lagi mereka hendak membawa Munira pulang, karena tidak sanggup melihat infus dan alat lain yang dipasang ditubuh si kecil.

“Masa-masa inilah neraka dunia, karena sangking tak berdayanya mereka,” Ibu bergumam, Dunia terasa sempit bahkan tidak berpihak padanya.

Terhitung 2 malam mereka di Meuraxa, kembali mendapat kabar bahwa Munira harus di rujuk ke rumah sakit Zainal Abidin. Karena di Meuraxa tidak cukup alat untuk mengangkat sel 'Tumor' tersebut. Nuansa menakutkan menghantui lagi, kedua orang tua saling memandang. Tidak menyangka bahwa Munira akan operasi ke-2 kali. Kemana hati harus dibawa? Kemana kacau pikiran harus dilampiaskan?.

 

Melihat Munira dalam keadaan menangis berkepanjangan…

Bersambung...


Dikisahkan Oleh: Imel

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dilema, Munira dibawa Pulang Atau dibedah

Trending Now