Suatu hari saat Daly sedang mendorong kursi roda Fitriana, di halaman Rumah Singgah BFLF. Foto: Masyitah BFLF |
Keluarga besar BFLF kembali berduka atas meninggalnya seorang pasien
kangker payudara asal Aceh Singkil, Senin (6/7). Fitriana Manik. Ia menghembuskan
nafas terakhir pada pukul 06.00 WIB di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
Rumah Singgah BFLF baru saja pindah ke Jalan Gabus, nomor 52, Lamprit,
Banda Aceh, saat Fitriana dan suaminya, Daly Akbar Panbresi, di rujuk dari
rumah sakit daerah ke Banda Aceh. Selama tinggal dan hidup berdampingan dengan
keluarga pasien di Rumah Singgah BFLF, Fitriana dan Daly, dapat beradaptasi dan
saling berbagi dengan yang lain.
Sekedar menghilangkan kebosanan tanpa aktivitas di Banda, Pengurus BFLF
sering mendapati Daly menemani istrinya duduk di halaman Rumah Singgah. Kadang
mereka mengobrol bersama atau saling diam, menikmati suasana sore.
Kondisi Fitriana sangat lemah saat dibawa ke Banda Aceh. Dia juga sering kali
pingsan. Pernah satu pagi, saat menanti angkutan umum, menuju rumah sakit, Fitriana
pingsan dalam keadaan duduk. Karena keadaanya yang seperti itu, ia jarang ditinggal
sendirian oleh suaminya. Selama sebulan melakukan rawat jalan, Daly selalu
setia mendampingi istrinya berobat.
Sore Kamis (2/7), Fitriana kembali dilarikan ke IGD RSUZA. Itu terakhir kali
pengurus dan keluarga pasien di Rumah Singgah melihat Fitriana. Minggu pagi (5/7)
Daly sempat datang ke kantor BFLF. Ia mengatakan kondisi istrinya semakin
memburuk. Katanya semua keluarga dari kampung telah berkumpul di rumah sakit.
Daly meminta bantuan pada pengurus, mengeprint dokumen kesehatan milik
orang tuanya. Berkas bebas Covid-19 dari rumah sakit daerah. Rencana keluarga mereka
akan menginap di Asrama Aceh Singkil. Ia membawa anak pertamanya yang baru tiba
dari kampung, Akbar, 5 tahun, saat berkunjung ke kantor BFLF.
Senin pagi pukul 06.30 WIB, Masyitah, Sekretaris Umum BFLF, mendapat
telepon dari Daly. Ia mengabarkan bahwa istrinya telah tiada. Oleh pihak rumah
sakit, jenazah Fitriana segera dipulangkan pagi itu ke Aceh Singkil. Jarak Banda
Aceh ke kampung Daly, sekitar 12 jam perjalanan.
Saat Daly mengabarkan pihak Rumah Singgah, dia sedang mengemaskan barang
mereka untuk dibawa ke rumah sakit. Pukul 12.27 WIB, dia teringat belum sempat
berpamitan pada Direktur BFLF yang selama ini sering berkomunikasi.
“Pak, kami sudah sampai di Meulaboh. Makasih banyak atas bantuannya selama
ini. Maafkan kalau ada salah selama kami tinggal di Rumah Singgah,” kata Daly
via telepon kepada Michael Oktaviano.
Michael yang tak sempat menyampaikan belasungkawanya langsung, menyampaikan rasa kehilangan yang besar atas Fitriana.
“Makasih banyak juga Daly, selama masa pindahan Rumah Singgah sudah banyak
membantu. Yang jelas kamu sebagai suami, sudah melakukan yang terbaik. Semoga Fitriana
husnul khatimah. Selamat sampai tujuan,” balas Michael dalam pembicaraan singkat
itu.
Ada sebuah catatan yang sempat didokumentasikan oleh Masyitah tentang
suami istri itu selama di Rumah Singgah. Catatan yang terinspirasi dari kesetiaan
Daly membawa Fitriana berobat ke rumah sakit tanpa rasa lelah sedikit pun…
Bukan Hanya Sehatmu yang Kuterima, Sakitmu Juga
“Jika kita banyak mendengar cerita atau menyaksikan sendiri laki-laki
kesandung pelakor, atau perempuan yang selingkuh dengan laki-laki lain. Maka di
Rumah Singgah kami punya banyak kisah cinta yang bisa disaksikan langsung. Dan
cinta sejati itu benar-benar ada. Di sinilah wisata hati itu bermuara,” tulis Masyitah.
Selamat jalan Fitriana. Semoga husnul khatimah. Ini hanya soal siapa yang
lebih dulu dipanggil. Karena semua yang sehat pun akan kembali kehadirat-Nya.[]
Desi Badrina