Kabar Rohamia, Penderita Tumor Telinga Ganas dari Simeulu

Monday 22 April 2019 | 4:07 pm WIB Last Updated 2021-02-18T13:54:24Z

Sore itu, cuaca terasa panas di Rumah Singgah Blood For Life Foundation (BFLF). Memang, sudah sejak Februari 2019, suhu di Kota Banda Aceh seolah tak ingin turun dari angka 30 derajat celsius. Rohamia, sedang beristirahat, di salah satu kamar Rumah Singgah saat saya datang berkunjung.


Sebuah kipas angin berputar menghadap ke arah dipannya. Ia menggunakan daster dan kain sarung untuk melawan hawa panas. Sebelum menutupi kepalanya dengan kerudung, saya sempat melihat beberapa helai rambut tipis di kulit kepalannya. Ia beruntung mendapat kamar di bagian belakang Rumah Singgah. Ada sepasang jendela di sana.


Rohamia, menderita Carsinoma Mastoid atau tumor telinga ganas. Kondisi tumor Rohamia sebelum dioperasi, sudah menjalar hingga menutupi lubang, gendang, dan tulang bagian belakang telinga sebelah kananya.


Kini, hanya telinga sebelah kirinya yang berfungsi. Operasi Januari lalu, membuat semua organ telinga kananya diangkat. Rohamia pun, hampir menyelesaikan semua proses kemoterapi. Setelah siklus kemo ke enam, yang akan dilaluinya pada 11 Mei mendatang, Rohamia akan dirujuk ke Jakarta.


"Katanya harus di sinar. Untuk membunuh tumor di dalam itu. Masih ada akar tumor di dalam sana," kata Mita. Dia anak bungsu Rohamia.  


Mita mengatakan, kondisi ibunya saat ini masih sering sakit kepala. Biasanya sakit kepala itu akan terasa satu minggu menjelang kemo. Selama seminggu itu pula, Ibunya akan sulit tidur.


"Mungkin efek dari obat kemo yang hampir habis. Ibu dapat kemo per 21 hari," lanjut Mita.


Efek setelah kemo lebih parah lagi. Ibunya akan lemas, perut mual, dan sering muntah. Kadang disertai dengan diare.   


Mulanya, gejala tumor Rohamia terasa pada awal 2018. Ia merasakan sakit kepala di sebelah kanan. Lalu merambat ke telinga. Sebelum di bawa ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA), Rohamia sempat mendapatkan perawatan di RSUD Simeulu selama tiga bulan. Namun masih tak ada perubahan. Hingga telingga bagian kananya mengeluarkan darah dan bernanah.


Rohamia, penghuni Rumah Singgah BFLF yang berasal dari Desa Lasikin, Kecamatan Teupah Tengah, Kabupaten Simeulu. Letaknya di bagian Selatan Provinsi Aceh. Desa tempat asal Rohamia terletak di sebuah pulau, dengan hasil laut berlimpah. Untuk sampai ke Ibu Kota, Ia membutuhkan menyeberang dengan kapal feri selama 8 jam, ditambah 9 jam perjalanan darat dengan angkutan umum.  


"Bila kepalanya sedang kumat, harus ada yang menjaga dia. Sebab, kalau tidak dilihat, bisa-bisa dia menghempaskan kepalanya ke dinding. Berharap supaya sakitnya reda," terang Airman. Dia suami Rohamia yang baru saja tiba dari kapung beberapa waktu lalu.


Selama ini, Rohamia dijaga oleh Mita, yang sedang bersekolah di perguruan tinggi di Banda Aceh. Sedangkan Airman, harus tetap berada di kampungnya, untuk mencari nafkah.


"Kalau saya tak bekerja, bagaimana kami membiayai hidup di Banda. Bersyukur, tempat tinggal kami tak perlu sewa. Ada Rumah Singgah. Beras pun tak perlu beli. Hanya perlu beli cabai dan garam saja," kata Airman. Ia seorang petani merangkap nelayan. Dia memiliki beberapa kemampuan lainnya, dan bisa mengerjakan banyak hal.


Ia berharap, pemerintah daerah Simeulu atau pemerintah Aceh, mau peduli dan memberikan bantuan untuk istrinya. Apalagi, jika nanti akan di rujuk ke Jakarta.


Penulis: Desi Badrina

 

 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kabar Rohamia, Penderita Tumor Telinga Ganas dari Simeulu

Trending Now