Asa Disabilitas Penyintas Tumor: Hidup Harus Terus Berjalan

Monday 12 June 2023 | 4:42 pm WIB Last Updated 2023-06-12T09:42:45Z

 



Azan subuh berkumandang dari salah satu Mesjid Gampong Laksana, Kuta Alam Banda Aceh, seorang remaja pelan-pelan beranjak dari kasur menggunakan tongkatnya, dia menuntun kaki sebelah kiri yang sudah diamputasi bulan lalu oleh Dokter Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin.

Dibantu tongkat penompa badan untuk mengambil wudhu dan melaksanakan ibadah wajib umat muslim, Khairil (19) pria asal Aceh Utara pagi itu larut dalam lantunan zikir, sorot matanya menatap langit-langit rumah singgah Blood For Life Foundation (BFLF), air matanya mengalir saat berdoa.

"Setiap bangun pagi, Khairil masih belum percaya, kaki Khairil sudah tidak ada lagi sebelahnya," kata Kharil kepada pengurus rumah singgah BFLF.

Khairil merupakan anak dari pasangan Almarhum Asnawi dan Marilah (Ibu), kurang lebih satu setengah tahun lalu tepatnya pada Oktober 2021 terjadi benjolan di lutut sebelah kiri, namun tidak dia hiraukan karena menurutnya hanya benjolan bias yang bisa sembuh dikemudian hari.




Waktu berlalu, benjolan itu kian membesar, bersama salah satu kerabat Khairil kemudian mendatangi Puskesmas daerah Ulee Madon Kabupaten Aceh Utara, dari Puskesmas kemudian di rujuk ke Banda Aceh untuk mendapatkan penangganan yang tepat.

Sesampainya di Ibu Kota Provinsi Aceh ini, Dokter bagian tulang mendiagnosa penyakit tumor dan mengharuskan dirinya menjalani proses kemoterapi untuk mematikan sel tumor agar tidak menyebar ke saraf lainnya.

"Kami kemo sampai enam kali," sebut remaja yang telah menyelesaikan sekolah di bangkun Sekolah Menengah Atas (SMA) ini.

Setelah proses kemoterapi sampai enam kali banyaknya, Khairil hanya berharap tumor itu hilang, namun lagi-lagi Dokter memberi tau bahwa tumor telah memakan habis tulang kakinya.

Tidak hanya Khairil, pesan Dokter untuk segera mengamputasi kaki membuat sang Ibu serta sanak saudara tidak bisa menerima kenyataan. Mereka kemudian memilih untuk membawa pulang Khairil dan menjalani pengobatan di Tabib Gampong.

Pengobatan tradisional tidak membuahkan hasil, bahkan kata dia, tidak membantu sama sekali. Semakin hari sakit itu semakin menjadi.

Tidak kuasa melihat Khairil yang terus merintih kesakitan, keluarga lalu membawanya kembali ke RSUDZA untuk mendapati penangganan medis kembali.

"Siapa yang mau kakinya hilang, gak akan ada yang mau," ujarnya.

Pada 11 Mei 2023 tibalah saatnya operasi itu dilakukan, Khairil menjelaskan di ruang operasi tenaga medis sudah siap dengan alat dan kemampuannya untuk mengangkat kakinya. Dia mempercayakan semuanya kepada Dokter dengan hati yang dicoba untuk mantap menerima segalanya.

"Setelah meminta doa kepada semuanya, Khairil hanya bisa pasrah kak, apapun yang terjadi saat itu, Khairil niatkan karena Allah," ujarnya.

5 jam lamanya operasi amputasi kaki selesai dilakukan, Khairil diharuskan menginap dahulu di rumah sakit beberapa hari. Ngilu teramat dahsyat dirasakan, tapi dirinya mencoba kuat didepan keluarga yang sedang menjaganya.

"Saya tidak ingin merepotkan mereka," kata dia.

Seminggu lamanya setelah di inapkan di RSUDZA, Khairil kemudian dibolehkan untuk pulang namun harus melakukan pengontrolan satu pekan kemudian. Keterbatasan ekonomi jika harus bolak balik dari kampung halaman ke rumah sakit membuatnya memilih tinggal di rumah singgah BFLF yang beralamat di Gampong Laksana.

Meski sudah dalam keadaan tidak sempurna, Khairil mengatakan bahwa hidup harus terus berjalan. Sesakit apapun kata dia, setiap manusia yang diberikan ujian oleh Allah SWT harus diterima dengan lapang dada.

Khairil haqqul yakin, dengan kesabaran mengajdapi ujian selama ini derajatnya akan diangkat oleh Sang Maha Kuasa. Semangatnya untuk sembuh hanya demi bisa menemani masa tua Ibunda yang kini didiagnosa gagal ginjal.

"Entah kado indah apa yang sedang Allah siapkan. Saya hanya ingin sembuh, karena mamak juga sakit, adik masih kecil, jika saya sakit siapa yang jaga adik dan siapa yang rawat mamak nanti," ujarnya.

Khairil menjelaskan, saat ini dirinya sedang menjalani proses pengontrolan dengan harapan tumor tulang itu tidak lagi menyebar, jika sudah sembuh nanti dirinya hanya ingin pulang kekampung untuk bertemu sang Ibu dan menemani masa tuanya sampai maut memisahkan mereka.

"Untuk teman-teman yang lagi berjuang dengan apapun sakitnya, tolong tetap semangat, Allah tahu bahu kita sangat kuat," ujarnya.

Sementara itu, Kepada Bidang pengelola Rumah Singgah BFLF Pusat Umam mengatakan, Khairil sudah berada di sana selama dua bulan, pasien tersebut juga dijamin makan dan minum secara gratis tanpa perlu membayar sedikitpun. Bahkan kata dia, pihaknya juga memberikan sejumlah fasilitas pendukung lainnya seperti menyediakan ambulance gratis saat Khairil ingin menjalani proses pengobatan.

"Ya, kita selama ini dibantu oleh donatur, kita gratiskan kepada pasien agar berobat maksimal, kita hanya minta pasien mendoakan para donatur, sungguh doa orang yang sedang di uji mustajab," ujarnya.

Umam mengatakan, Rumah singgah BFLF juga menerima seluruh pasien dari luar daerah dengan penyakit kronis tidak menular dalam kondisi kurang mampu, untuk menginap sementara selama proses pengobatan.

"Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui donasi ke Bank BSI : Rek. 812-608-5290 atau Bank Aceh : Rek. 614-0224- 7809008 an.blood for life foundation, dan dapat mengkonfirmasi ke Call Center BFLF :0823-70809008," ujarnya.

Tulisan ini sudah pernah tayang di Media RMOLAceh

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Asa Disabilitas Penyintas Tumor: Hidup Harus Terus Berjalan

Trending Now