Kisah Dinda, Pejuang Kehidupan Pasien Talasemia Dari Medan

Friday 6 August 2021 | 9:07 pm WIB Last Updated 2021-08-06T14:31:09Z

 


Kisah ini bermula sebelum Dinda menikah, sosoknya sudah menjadi pendonor rutin pasien leukimia, saat ini penggunaan media social belum terlalu canggih hanya bermodalkan SMS. Dinda menjadi pendonortetap hingga pasien tersebut meninggal dunia, Dinda sama sekali belum pernah berjumpa dan melihat wajah pasien tersebut.

“Din… Biasa.” isi pesan tersampaikan.

Ia kemudian bergegas ke Palang Merah Indonesia (PMI).

Setelah menikah dan melahirkan, anak keduanya masuk Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Ibu mana yang tidak resah mendengar pesan dokter kalau peluang hidup tipis sibuah hati. Saat itu, ia ingat tentang kisah tiga orang yang terkurung didalam goa berwasilah (berdoa dan meminta kepada Allah) dengan kebaikan yang pernah dilakukan maka pintu goa terbuka.

Ia merenung, mengingat kebaikan apa yang pernah dibuat, Dinda merasa tidak pantas meminta kepada Rabnya. Dalam tangis pada sujud dia berbisik lirih memohon pertolongan Allah.

“Hebatnya Allah Mba, semua kayak keajaiban anakku menunjukkan grafik sehat secara signifikan. Keluar dasri NICU alhamdulillah sekarang anaknya sudah 9 tahun,” kenang Dinda.

Setelah kejadian itu, dinda bertemu dengan Michael Oktaviano, pendiri BFLF sejak Desember 2010 dengan prinsip “sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa bermamfaat untuk manusia lainnya”. Pertemuan tersebut bermula dari perselancaran Dinda pada media social Facebook, ia kerap melihat postingan Damrus, salah satu penggerak BFLF Meulaboh yang sering memposting kegiatan donor darah.

“Saat ketemu Bang Michael dan BFLF langsung nge-klik, ini jalan kebaikan, ini jalanku cari bahagia. Ini caraku berwasilah supaya anak-anakku di jaga Allah. baru sepekan lalu saya antar dia ke pondok pesantren, jd bergantung ke Allah, minta ke Allah supaya anakku jg dikelilingi orang-orang baik,” ujarnya.

Saat melakukan perjalan ke Sabang, Dinda bertemu Michael di sela-sela rutinitas bersama kick andy. setelah melalui begitu panjang obrolan Dinda kemudian berinisiatif untuk menggerakkan BFLF di Medan dengan tujuan membantu para pasien yang membutuhkan darah.

“Dan keajaiban itu terjadi lagi Mba. Dipertemukan dengan orang yang Masya Allah baik selain ustad-ustad di pondoknya untuk bantu jaga anakku” lanjutnya.

 

“Berjalan natural dimulai dari diri sendiri juga bareng suami, ngajakin beberapa temen untuk serius follow up. Buat program yang realistis tanpa ganggu jam kerja,” sambung Guru Al-Fityan asal medan ini.

Awalnya, Dinda merasa ragu untuk memposting seluruh kegiatan ke media social, ia khawatir Riya, namun kemudian ia tersadar bahwa yang dilakukannya merupakan ajang untuk mengajak pada kebaikan.

“Awal-awal kemarin sering lupa foto dan upload berita, rasanya malu, terus sedikit ada perang batin khawatir riya. tetapi semakin kesini ternyata dr 1 foto yg kita share di media mengundang simpati dari banyak orang,” ucapnya.

“saya berkesimpulan masih sangat banyak orang baik disekitar kita. Syiar yang menggerakan orang lain juga untuk ikutan. Kita tidak kenal pasien, pendonor juga tidak kita kenal tapi bertemu dalam proyek kebaikan yang saling menguntungkan. Semoga kecipratan pahalanya dengan menjadi fasilitator,” harapnya.

Beberapa kegiatan selain donor darah, BFLF Medan melakukan program rutinitas lain seperti program nasi jum’at berkah kepada jamaah masjid,kegiatan ini sudah berjalan selama setahun dibantu oleh ibu rumah tangga.

“Ada hal yg tak terlupakan, karna mesjidnya di depan rumah kami jadi ada ibu-ibu dari kampung sebelah yang antar anaknya sholat di mesjid ini. Karena si anak maunya sholat disini karena habis sholat dapat makan, alhamdulillah setiap pekan enampuluh hingga seratus bungkus kita salurkan,” ujarnya.

Terdapat dua anak yatim binaan BFLF Medan. Selain itu Dinda bersama suami saat ini terus mencari orang tua asuh darah untuk pasien talasemia dan sudah menemukan dua orang tua asuh tetap.

“Trus kita jg ada bina anak yatim, baru 2 org sih, Cemburu ih sama  Bang Michael binaan anak asuhnya banyak. Selama ini gerak sendiri aja,” kata Dinda.

“Ketemu Bang Michael dan BFLF seperti frekuensi radio yang punya kesamaan fibrasi gelombangnya. Langsung nge klik, saat ini seluruh kegiatan kemanusiaan pake cover BFLF Medan,” lanjutnya.

Menjawab tantangan Michael, Dinda dan suami akhirnya membuat rumah singgah yang dibantuk oleh istri Dirut Adam Malik.

“Ini ditantang Bang Michael untuk buat rumah singgah. Qadarullah dipermudah dengan dibantu Dirut Adam Malik. Istrinya bersedia back up kita,” ucapnya.

Saat ini, BFLF Cabang Medan dikelola oleh Dinda dan suami. Ada beberapa relawan lainnya bersama Dinda seperti Masitah, Riana, Icha, dan Lina yang memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan kesehatan semua umat.

“Diantara kami berlima, empat diantaranya tak layak jd pendonor. Dua orang dengan berat badan tak sampai 50 kg dan  dua lainnya dengan Hb selalu rendah. Tp semangatnya dahsyat, kadang jam 12 malam kerumah sakit mau donor tapi ternyata Hb rendah. Semoga niat baiknya mendapat nilai istimewa dari Allah,” tutupnya. [Helens]


*Salam Kemanusiaan BFLF*
=============
www.bflf.or.id
Fanpage    : blood for Life Foundation
Instagram : @bflfindonesia
Twitter       : @bflfindonesia
email  :
bloodforlifefoundation@gmail.com
YouTube: BFLF Indonesia
Donasi :
Bank BSI 
Rek. 821-608-5290
Bank Aceh
Rek. 614-0224- 7809008
an.blood for life foundation
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kisah Dinda, Pejuang Kehidupan Pasien Talasemia Dari Medan

Trending Now