Satu Dekade BFLF di Aceh: Hadirkan Pelayanan Kesehatan untuk Warga Kurang Mampu

Friday 19 February 2021 | 4:56 pm WIB Last Updated 2021-02-19T10:03:14Z
Foto : Oos BIndonesiaFLF 

Gaung Yayasan Blood for Life Foundation (BFLF) Indonesia selama satu dekade telah mencapai puncak. BFLF mampu berkolaborasi dengan Universitas Syiah Kuala dan Organisasi Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Aceh, bergerak memudahkan akses dan memberi fasilitas kesehatan yang layak bagi warga kurang mampu di Aceh.

Upaya besar itu, mereka perlihatkan lewat kerja sama dalam menyalurka peminjaman inkubator portabel gratis dan memberikan pemeriksaan medis gratis bagi masyarakat kurang mampu. Dan BFLF berperan sebagai tempat serta penghubung masyarakat yang membutuhkan dengan para ahli tersebut.

Foto : Oos BFLF Indonesia

BFLF yang semula hanya sebuah gerakan penggalangan darah, sebagai upaya memenuhi kebutuhan darah masyarakat di Banda Aceh, sepuluh tahun silam, telah tumbuh menjadi “tempat singgah” dan fasilitator untuk banyak mitra. Baik dari lembaga pemerintah maupun swasta. “Saya pikir mimpi menghadirkan pelayanan dan alat medis gratis yang bisa diakses mudah oleh masyarakat kurang mampu di Aceh yang mempertemukan kita semua hari ini,” kata Direktur BFLF, Michael Oktaviano dalam sambutannya pada peringatan 10 tahun BFLF dan Launching Rumah Sehat serta Inkubator Portabel, Sabtu (13/2).

Foto : Oos BFLF Indonesia

Peringatan itu dilaksanakan di area Rumah Singgah BFLF, di jalan Gabus Nomor 52, Lamprit, Banda Aceh dengan mengikuti protokol kesehatan. Rumah Singgah BFLF hadir empat tahun setelah BFLF berdiri, pada 26 Desember 2010 lalu. Adanya Rumah Singgah saat itu, adalah usaha BFLF, membantu masyarakat dari kabupaten kota di Aceh, yang membutuhkan tempat menginap selama berobat jalan di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh.

Dalam perjalanannya, Rumah Singgah termasuk bagian paling prioritas bagi lembaga kemanusian satu ini. Mengingat, tempat tinggal sangat bermanfaat dan meringankan biaya selama pasien dan keluarganya berada jauh dari kampung halaman. BFLF tak hanya menyediakan tempat menginap yang nyaman dan layak, namun kebutuhan pokok, seperti air siap minum, beras, minyak goreng, gula, dan lainnya, tersedia di dapur umum Rumah Singgah BFLF secara cuma-cuma.

“Saya berharap kerjasama dan MoU yang BFLF lakukan selama ini dengan berbagai pihak, bantuan dari para mitra dan donatur untuk kerja nyata kita semua dalam memudahkan kebutuhan pasien, kerja para relawan BFLF di manapun berada, tetap dapat konsisten. Semoga semua kebaikan kita terus berlanjut,” tutup Michael.

Selain itu, launching mini factory inkubator oleh Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (JTMI FTUSK) hari ini, guna memberitahukan pada publik, bahwa saat ini, perguruan tinggi tertua di Aceh, telah berhasil merakit sendiri inkubator portabel, yang merupakan sharing pengetahuan dari Yayasan Bayi Prematur Indonesia.

Peminjaman inkubator portabel gratis di Aceh sudah berlangsung sejak 2014. Lewat seorang relawan inkubator, Ratna Sary. Dia salah seorang staf pengajar di Jurusan Teknik Mesin dan Industri (JTMI) Universitas Syiah Kuala. Saat itu Sary baru saja menyelesaikan pendidikan magisternya di Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Oleh Profesor Raldi, yang menciptakan inkubator portabel itu, Sary diajak ikut menjadi relawan inkubator dan bersedia menyebarkan peminjamannya saat pulang ke Aceh nanti. Awal pengiriman inkubator dari Jakarta ke Banda Aceh, tak semulus yang dibayangkan. Selain biaya pengiriman yang lumayan bengkak, tidak ada jaminan fisik inkubator tiba tanpa cacat. Dengan masalah yaitu akrilik penutup inkubator rusak atau retak, sehingga dapat memengaruhi performa inkubator.

Hingga akhirnya, digagaslah sebuah ide untuk mendirikan Mini Factory Inkubator di daerah-daerah. Untuk memungkinkan masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang manufaktur dapat menyalurkan keahliannya, langkah ini ditempuh dalam rangka mempercepat persebaran kegiatan “Peminjaman Inkubator Gratis untuk Nusantara”.

Tahun 2018 Mini Factory pertama sudah berjalan di Unviversitas Cendana Kupang, Nusa Tenggara Timur (wilayah timur). Inisiasi membuat mini factory inkubator digagas sejak Juli 2020 oleh Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fak Teknik Universitas Syiah Kuala. Dan saat ini, tiga unit inkubator portabel hasil rakitan tim di Jurusan Teknik Mesin Unsyiah, telah menolong puluhan bayi prematur, tidak hanya di Banda Aceh, tapi juga sampai ke Bener Meriah, dan Panton Labu, Aceh Timur.

“Produk inkubator ini di desain sangat sederhana, agar masyarakat di level bawah bisa mengoperasikan secara mudah. Semoga nanti ini bisa dikembangkan lebih lanjut. Sehingga dapat menyelamatkan banyak bayi prematur di Aceh dengan teknologi yang sederhan,” kata Profesor Marwan dari Universitas Syiah Kuala (USK)

Sebagai akademisi dia berharap, teknologi yang diciptakan oleh Profesor Raldi dengan niatan membantu masyarakat bisa terus dikembangkan seperti saat ini.

Foto : Oos BFLF Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, Ketua PAPDI yang diwakilkan oleh sekretaris PAPDI, M. Fuad menyampaikan rasa terimakasih atas kerja sama yang telah dibagun antara PAPDI Aceh dan BFLF hingga melahirkan Rumah Sehat yang bertempat di lingkungan Rumah Singgah BFLF Pusat, Banda Aceh.

Foto : Oos BFLF Indonesia

“PAPDI akan selalu berinovasi dan saling berkerjasama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dan hari ini adalah salah satu inovasi yang PAPDI lakukan, yaitu bekerja sama dengan BFLF dalam upaya memberikan pelayanan kepada Masyarakat Aceh,” katanya.

Ia berharap, PAPDI Aceh dan BFLF dapat melakukan inovasi lainnya seperti mengunjungi langsung masyarakat yang belum beruntung dengan turun ke lapangan, dan melakukan bakti sosial.

Meski Profesor Raldi tak bisa hadir langsung dalam launching Inkubator Mini Factory yang dibuat oleh USK, melalui perwakilannya, Ibnu Rehan dari Yayasan Bayi Prematur Indonesia, bergabung di ruang zoom, bersama audien lainnya yang tidak bisa hadir secara tatap muka.

Ibnu Rehan, menyebutkan apa yang Profesor Raldi ciptakan merupakan bentuk dari Tri Darma Perguruan Tinggi. Dia juga menceritakan bagaimana inkubator portabel itu terus berkembang dan makin mudah digunakan oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. “Semoga launching ini, bisa mempercepat program Peminjaman Inkubator Gratis Untuk Nusantara,” harapnya. [] Desi Badrina

Foto : Oos BFLF Indonesia

Source : kumparan

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Satu Dekade BFLF di Aceh: Hadirkan Pelayanan Kesehatan untuk Warga Kurang Mampu

Trending Now